Hosting Unlimited Indonesia

Minggu, 02 Mei 2010

MULTIKUTURAL INDONESIA KHUSUSNYA KOTA KETAPANG


Indonesia adalah negara yang plural dan hidup dengan budaya yang multikultural. Kita bisa melihatnya melalui banyaknya jenis kesenian yang ada di bumi Nusantara ini. Ada tarian, alat musik, pakaian adat, rumah adat, dan sebagainya. Sebagai insan yang hidup di antara kemajemukan masyarakat, kita harus saling menghormati antara satu dengan yang lain agar persatuan dan kesatuan semakin erat. Indonesia tidak hanya terdiri dari beranekaragam budaya saja. Indonesia terdiri dari 6 aliran agama yaitu Islam, Kristen Katolik, kristen Protestan, Budha, Hindu, dan Kong Hu Chu. Masing-masing agama memiliki ajaran yang berbeda-beda tentang kepercayaan kepada Sang Pencipta. Tantangan dari itu semua, kita harus saling toleransi dan mengerti satu sama lain. Sehingga dapat terjalin rasa kebersamaan yang kuat tanpa ada rasa diskriminasi antara satu dengan yang lain.
Di setiap pulau terdapat keanekaragaman budaya yang bermacam-macam. Bayangkan saja, hanya setiap pulau sudah terdapat berbagai macam budaya, apalagi ditambah dengan pulau pulau lainnya. Sungguh Indonesia kaya akan budaya dan keragamannya. Contohnya di Kalimantan terdapat kebudayaan suku Dayak. Selanjutnya suku Dayak tersebut masih terbagi lagi dengan sub-sub suku Dayak lainnya. Mereka adalah suku dayak Kanayant, dayak simpank, dayak laur, dayak jelai dan masih banyak lainnya. Itu masih sub suku Dayak untuk daerah Kalimantan Barat. Daerah Kalimantan lainnya seperti sub suku Dayak Iban, Dayak selako dan masih banyak lagi ratusan sub Suku Dayak yang tersebar di pulau borneo Indonesia ini. Di pulau lainnya seperti Sumatera terdapat suku Batak, suku Padang, suku Aceh dan sebagainya. Di papua juga terdapat multikulturisme seperti suku Dani, suku Asmat dan lain sebagainya. Khusus untuk budaya suku Papua mereka membedakan antara satu dengan lain tidak seperti suku Dayak yang ekslusif menjadi satu induk.
Multikultural di Indonesia juga terjadi karena peradapan lama dari luar. Di Bali dapat kita lihat kebudayaan asing yang telah membaur menjadi satu dengan kebudayaan Bali. Bahkan ada orang Barat yang menetap dan menjadi WNI dan mewarisi budaya Bali. Ini menandakan pula bahwa dominansi antara kebudayaan luar dan kebudayaan pribumi tergantung dari di mana dia dilahirkan. Jika orang Barat tersebut lahir di daerah Barat pula, dia juga akan menjunjung budaya Barat seumur hidupnya. Karena adanya percampuran darah yang dominan karena tempat lahirnya, orang tersebut menjunjung budaya di tempat dia dilahirkan.
Contoh konkret untuk Ketapang misalnya. Tidak hanya terdapat suku Dayak saja. Di kota ini juga terdapat suku Melayu, suku Madura, suku Cina, dan suku Jawa. Mereka membaur menjadi satu kesatuan di kota Ketapang dan hidup damai hingga saat ini. Inilah kunci dari multikultural atau keanekaragaman budaya. Tanpa ada diskriminasi terhadap kelompok satu dengan yang lain.
Bukti adanya multikulturisme di Ketapang antara lain keanekaragaman bahasa, rumah adat, dan acara adat yang setiap waktu tertentu dapat kita lihat. Komunitas besar membuat bahasa masing-masing dapat bertahan dan terus digunakan bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya orang Dayak sub suku Simpank akan berbahasa Simpank dengan orang yang berlatar budaya sama dengannya. Orang Cina juga demikian, akan menggunakan bahasa Cina bila berkomunikasi dengan sesama orang Cina. Umumnya di Ketapang, orang menggunakan bahasa Malayan/Melayu.
Inilah keanekaragaman budaya atau Multikulturisme khususnya kota Ketapang yang terkenal dengan sebutan kota ale-ale ini. Dengan mampu hidup damai dan saling toleransi maka kesejahteraan akan terbina antara satu orang dengan latar budaya berbeda dengan satu orang lainnya. Syukurnya, Ketapang menerapkan prinsip toleransi itu dengan baik. Sehingga hingga sampai saat ini tidak pernah terdengar konflik antara suku satu dengan suku lainnya, tidak juga terdengar konflik antara agama satu dengan agama lainnya. Semua penduduk hidup damai dalam pluralisme dan mekanisme masyarakat yang majemuk. Kitapun kembali ingat kepada Semboyan kita “Bhinneka Tunggal Ika, Tanhana Dharma Mangrwa” yang artinya berbeda-beda namun tetap satu jua. Selama kita memegang prinsip tersebut dengan menerapkannya di dalam kehidupan nyata, maka Ketapang bahkan Indonesia akan menjadi tempat yang tentram untuk Multikulutal.
Writter by Fransesco
AMKI Student

0 komentar:

Posting Komentar

Trima kasih atas kritik dan saran, silakan:

 
Cheap Web Hosting | new york lasik surgery | cpa website design